Kamis, 23 April 2009

Langkah Nyata Membebaskan Palestina

Umatku yang muslim...

Perkataanku kepada kalian ini berkaitan dengan kewajiban menolong keluarga kita di negeri penuh berkah. Telah lama kita terlambat menolongnya dan hal itu semakin menpersulit berbagai persoalan kita.

Sampai kapan keluarga kita di Palestina dalam kondisi ketakutan? Sementara kita merasa nyaman aman tenteram yang sementara.

Sampai kapan penduduk Gaza terus terisolasi? Sementara kita hingga kini terus berlimpah kenikmatan.

Sampai kapan kita akan terus duduk berdiam diri? Sementara hati mereka terbakar demi putra mereka, yang terbakar oleh bom fosfor putih, dengan persekongkolan para pemimpin Arab.

Peristiwa yang membuat (menangis) bahkan para lelaki yang kuat dan pemberani menangis, tidak lain karena suatu urusan yang sangat besar. Tangisan mereka melebihi ungkapan ribuan khutbah dan ceramah tentang besarnya bencana.

Tikaman yang menimpa kerabat lebih melukai bagi seseorang dibanding tebasan pedang

Tak mengherankan jika sejumlah ummahat dan saudara perempuan kita meninggal atau sekarat, bukan kerana peluru maupun pecahan peluru, bukan pula disebabkan oleh isolasi. Isolasi negeri takkan berarti apa-apa selama si kecil masih ada.

Sesungguhnya isolasi akan terasa saat si kecil menghilang. Seorang ibu memandang para raja dan apa yang ia miliki lebih kecil di matanya dibanding si kecil.

Tapi pesawat-pesawat Amerika melalui tangan Yahudi terus membombardir dan kembali (membombardir) hingga mengenai anak-anak pemukiman dan di antara anak-anak itu ada si kecil. Inilah yang menjadikan ummahat dan para akhwat terguncang ketakutan. Hampir-hampir saja jiwa mereka melayang keluar bersamaan dengan hembusan-hembusan nafas.

Tidaklah sama kabar berita dengan persaksian mata. Takkan pernah tau rasanya kehilangan orang tercinta kecuali yang hatinya terenggut, tidak pula dengan bombardir kecuali orang yang merasainya. Dan tak ada seorang Mu'tashim yang menuntut balas kepada para thaghut.

Perlu dicamkan bahwa di antara kekalahan moral dan pengkhianatan terhadap millah, pengkhianatan terhadap umat, dan pengkhianatan terhadap darah para syuhada adalah memberikan pujian kepada orang yang bersepakat dalam membunuh mereka dan menyikapinya sebagai 'harapan' Gaza, sementara itu rakyatnya yang penuh hormat dan mulia menolaknya.

Putra-putra Gaza mati demi kehidupan.. Memuji kekufuran kan membakar amarah jiwa yang bebas..
Negeri-negeri dimerdekakan di atas tombak-tombak mereka.. Lalu bagaimana mungkin mereka diperbudak di atasnya?
Duhai diriku, berbagai tragedi yang menimpa kalian.. Meninggalkan luka-luka mendalam di hati..
Tiada yang menjaga aqidah layaknya korban.. Tidak pula mendekatkan hak dan tiada pula dia berhak..
Para penguasa telah menjual berbagai urusan.. Pun mereka menjadi penjilat dan budak orang kafir..
Tanyalah para pengisolasi anak-anakmu.. Adakah beda antara hatinya dengan sebuah batu yang besar nan keras?!
Hati para penguasa kita layaknya musuh-musuh.. Baik di Najd atau di Mesir takkan melunak..
Para Fir'aun berdatangan setelah sekian lama.. Untuk menghinakan rakyat Arab dan memperbudaknya..
Kalian tolong-tolongan dengan para musuh untuk melawan kami.. Memancung batang leher kalian adalah urusan yang haq dalam dien..



Umatku yang muslim...

Sembilan puluh tahun lebih penjajahan terhadap Palestina telah berlalu. Merasakan dua tragedi pahit kerana tangan-tangan Nashara dan Yahudi. Meskipun berbagai usaha telah dicurahkan, di antaranya berbagai demonstrasi dan turun ke jalan, namun penjajahan tetap berlangsung.

Oleh karena itu wahai umatku, kuinginkan beberapa menit saja dari kalian untuk memberikan langkah-langkah nyata dalam membebaskan Palestina sebagai usaha pelepasan tanggung jawab dan upaya membangkitkan umat.

Hal ini menuntut adanya ucapan yang benar meskipun itu pahit. Sebagaimana hal itu wajib ditegakkan terhadap yang lemah maupun yang kuat, sekalipun itu berat. Jika tidak, maka hakekatnya adalah menuju kehancuran. Oleh karena itu takutlah kalian semua.

Rasul SAW telah bersabda: "Sesungguhnya yang membuat orang-orang sebelum kalian mengalami kehancuran adalah ketika terjadi pencurian di antara mereka yang dilakukan oleh orang yang kuat, maka mereka membiarkannya. Akan tetapi, jika pencurian itu dilakukan oleh orang yang lemah, maka mereka akan menegakkan hukuman atasny." (HR. Bukhari dan Muslim).

Umatku yang muslim...

Di antara perkara haq yang pahit yang harus kita jelaskan adalah bahwa; meskipun kita sangat berkeinginan untuk meyelamatkan keluarga kita di Gaza dan membebaskan kepungan darinya.

Sesungguhnya di sana terdapat orang-orang yang lebih berkeinginan dari pada kita. Yakni, saudara-saudara kita yang ada di seluruh Palestina, termasuk juga yang ada di tepi barat.

Akan tetapi, faktanya mereka tidak mampu menolong keluarga dan orang-orang mereka. Penyebab hal itu sangatlah jelas, Negara mereka terjajah, tentara-tentara Zionis dan tentara penguasa yang dipimpin oleh Abbas menghalang-halangi mereka dari menolong saudara-saudara mereka di sana.

Sebab inilah yang selama ini hakekatnya telah menghalangi kita dari melakukan pertolongan pada saudara-saudara kita di Gaza. Hakekat yang pedih adalah bahwa Negara kita terjajah dari dalam, kaum Zionis Arab, para pemimpin negeri dan para wakil musuh-musuh kita. Mereka dan tentara merekalah yang menghalang-halangi kita dari menolong orang-orang yang lemah di sana.

Jika kita tidak memahami bahwa Negara kita ini terjajah demi kemaslahatan para penguasa dan wakil-wakil mereka, dibantu oleh pasukan militer dan sipil, dan inilah yang terpenting dan paling berbahaya, dimana di sana terdapat para ulama suu', kaum terpelajar dan para pemilik media, orang-orang bayaran.

Mereka semua itulah yang melakukan penyesatan terhadap umat, menyebarkan ruh kekalahan dan menyebarkannya dengan berbagai cara, agar mereka mau tetap bersama para penguasa itu.

Oleh karena itu, mereka terus merampas kepemimpinan dan merampas kehendak, dengan cara membujuk dan mengancam, hingga akhirnya umat kita tidak mampu untuk mengambil kendali kekuasaan dan bergerak menjauh dari para penguasa dan pendukung-pendukung mereka.

Oleh karena itu jika kita tidak menyadari hal ini, beraktivitas untuk mengungkap hakekat mereka sebenarnya, memperingatkan kepada umat dari mereka, meruntuhkan mereka dan melepaskan diri dari kekuasaan mereka, maka selama itu pula kita tidak akan mampu untuk membebaskan Palestina.

Sebab, siapa saja yang tidak memilki, tentulah tidak akan dapat memberi, dan kita akan terus berputar-putar dalam lingakaran tertutup, akhir yang kita capai adalah awal di mana kita memulai darinya sejak terjadinya penjajahan di tanah yang diberkati ini.

Umatku yang muslim...

Orang yang mau melihat situasi Palestina sesungguhnya akan melihat bahwa unsur-unsur yang dituntut agar jihad dapat mewujudkan tujuannya masih membutuhkan penyempurnaan.

Meskipun hal itu sulit untuk dilakukan di Palestina yang terjajah itu, terlebih pengepungan yang ditimpakan pada keluarga kita di sana, dan terlebih lagi, kesepakatan-kesepakatan damai yang terus ditandatangani waktu demi waktu dan keadaan faktual setelah perjanjian-perjanjian yang menguatkan hal itu.

Oleh karena itu kita harus membentuk sebuah kekuatan yang cukup dari para mujahidin, yang akan mampu membebaskan pengepungan dari Palestina agar kita dapat menolong saudara-saudara kita di sana, dimana seluruh negara-negara tetangga menutup perbatasan mereka dengan Palestina, menjaganya dari gerakan para Mujahidin.

Bahkan bagian yang terkecualikan sekalipun yang berada di arah barat Palestina diatas perbatasan Lebanon ikut ditutup oleh Hasan Nasrullah dan kelompoknya sesuai dengan kesepakatan penutupan nomor 1701 yang memuluskan masuknya ribuan kekuatan Salib untuk menjaga Yahudi.

Dengan ini, tidak ada bedanya lagi dalam masalah ini antara Hasan dan Husni dan seluruh penguasa thaghut Arab, orang-orang yang telah mengepung keluarga kita di sana.

Berdasarkan hal di atas, kita harus mencari (membentuk, red) sebuah Negara di luar negara-negara tetangga, di mana dapat menyempurnakan gerak para mujahidin dari sana. Hal ini agar kita dapat sampai pada keluarga kita di distrik al-Aqsha yang diberkahi.

Kesempatan yang sangat berharga dan langka bagi orang-orang yang benar-benar dalam keinginan mereka untuk meyelamatkan al-Aqsha, ialah dengan mengerahkan mujahidin di Irak dengan seluruh kebutuhannya, agar mereka dapat membebaskan negeri dua sungai itu (tanah mesopotamia/Iraq).

Dengan ini mereka akan melakukan dua kewajiban.

Pertama: mengalahkan sekutu terbesar bagi Zionis, kemudian bertolak ke Yordania yang lebih baik dan luas front (pertempuran)nya.

Sebab sebagian dari penduduknya adalah para penduduk Palestina yang hijrah pada masa lalu, dan dari Yordania sebagai titik tolak kedua menuju Tepi Barat (West Bank) dan sekitarnya (insya Allah, red).

Kedua: membuka seluruh perbatasan-perbatasan dengan kekuatan untuk menyempurnakan semua kekurangan unsur unsur yang dibutuhkan. Hal ini agar pembebasan Tanah Palestina dari Sungai (Iraq) sampai Lauta (West Bank) dapat terwujud dengan izin Allah.

Jalan inilah satu satunya jalan Syar’i, jalan realistis, dan ilmiah. Jauh (berbeda dengan jalan) dari mencurahkan kata-kata dan berbagai perbuatan yang kebanyakan tidak dapat mencegah bahaya serangan senjata dan tidak dapat menghancurkan musuh.

Cukup sudah kita mendiamkan, menyia-nyiakan hal ini dan lari dari tanggung jawab. Pembumihangusan Gaza di tengah-tengah pengepungan yang panjang ini merupakan kejadian sejarah yang sangat penting, mengagetkan dan memberi sebuah keputusan yang mengokohkan akan keharusan adanya pemisahan antara kaum muslimin dan munafikin.

Keadaan kita setelah peristiwa Gaza tidak boleh seperti keadaan kita sebelumnya. Akan tetapi kita wajib beramal dengan sungguh dan siap berjihad untuk menegakkan haq dan menghacurkan kebatilan dan kita wajib berlepas diri kepada Allah dari setiap orang yang bersekongkol dengan musuh untuk menghancurkan Gaza.

Berlepas diri dari mereka bukan merupakan amalan sunnah, akan tetapi merupakan bagian dari dua rukun ketauhidan. Membantu orang-orang kafir untuk mengalahkan kaum muslimin adalah salah satu perkara yang terbesar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam. Bacalah firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (Al-Maidah 5:51)

Dan firman-Nya:

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui." (Al-Baqarah 2:256)

Tragedi ini sejatinya adalah ujian bagi kita semua. Siapa saja yang mengikuti petunjuk pasti akan selamat, dan siapa saja yang mengikuti hawa nafasunya pasti kan sesat.

Oleh karena itu, kita sangat membutuhkan pemimpin yang jujur, yang akan melakukan perkara yang menjadi kewajiban untuk memobilisasi kekuatan kaum muslimin yang dapat memenuhi dalam medan ini.

Umat ini telah merasakan kerugian yang menakutkan dalam (terhadap, red) pemimpinnya. Meskipun banyak dari mereka yang menyangka bahwa mereka memiliki kepemimpinan yang akan menuntun mereka menuju tepian keselamatan.

Jika tidak berada di dalam standar level pertama dari para raja dan pemimpin, paling tidak berada dalam standard level yang kedua dan ketiga. Pada hakekatnya ini sesungguhnya adalah salah besar. Hal ini semakin memberi posisi penguasa penguasa cacat, dan membiarkan Palestina terjajah selama sembilan dekade.

Demikian pula negara-negara lain. Tidak cukupkah tersebarnya kemiskinan, kebodohan, dan penyakit, meskipun banyak masuk sebagai indikasi jelas atas hal itu. Sebuah kapal laut, sebesar apapun dan sebagus apapun tidak akan sampai pada tepian jika tidak ada pemimpin yang amanah.

Para pemimpin yang berada pada level pertama kita tahu perkara mereka dan membebeknya mereka kepada musuh musuh kita (kaum muslimin). Akan tetapi bencana besar dan yang sangat meyakitkan, adalah bahwa mereka mampu menjinakkan banyak dari pemimipin-pemimpin yang dekat dengan mereka.

Oleh karena itu, jika para pemimpin yang berada dalam level yang kedua dan orang-orang yang dekat dengan mereka tidak mau mengubah diri mereka, masih condong dan bersikap manis dengan kebatilan maka umat ini tidak akan ada kemajuan sedikit pun dalam membebaskan Al-Aqsha.

Sebab, merekalah sejatinya menjadi halangan dan rintangan jalan keluar umat ini dari kebingungan ini. Perumpamaan mereka bagaikan sebuah gerbong kereta api; di depan mereka terdapat gerbong para penguasa dan di dekatnya terdapat gerbong para penguasa level kedua dan orang-orang yang dekat dekat dengan mereka.

Sementara kedua-duanya mogok di tengah jalan pembebasan Palestina sejak dekade yang lalu, maka tidak ada jalan lagi menuju Al-Aqsa kecuali dengan menyingkirkan keduanya dari jalan dan meninggalkannya.

Akan tetapi hal ini tentulah sangat sulit jika kaum muslimin belum tersadarkan, lalu mereka meninggalkan fanatisme tercela tanah air (nasionalisme, red) para pemimpin, para ‘ulama dan penguasa atau pemimpin jama’ah Islam. Meninggalkan beralasan dengan nasehat nasehat mereka dan menegakkan haq atas mereka.

Jika mereka tidak mau melakukan hal ini, maka lisan mereka berkata : “Sesungguhnya mereka berjalan di atas jalan yang telah menghancurkan umat sebelum mereka”.

Oleh karena itu, umat ini tetap dalam kebingungan, dan nampak sekali mereka tidak mengerti makna sabda Rasul SAW: “Demi Allah, seandainya Fatimah binti Muhammad mencuri, maka sungguh akan aku potong tangannya.” (HR. Bukhari-Muslim)

Maka dari itu, di dalam diri haruslah selalu mengalir ruh nasihat untuk membenarkan tempat perjalanan dan bahwa perkara haq lebih besar dari segala-galanya, keselamatan perkara yang haq lebih utama dari pada keselamatan tanah air (nasionalisme), para tokoh, partai dan berbagai jama;ah.

Setiap orang, perkataannya dapat diterima dan ditolak, kecuali Rasul saw, yang bersabda : “Agama adalah nasehat”.

Ya, jika kita merendahkan hal ini, artinya kita telah merendahkan Din (agama), dan dengan itu pula kita akan tersia siakan. Maka inilah fakta kita sebenarnya.

Umar ibn Khattab ra, pernah mengatakan : “Kita adalah kaum yang dimuliakan Allah dengan Islam, dan di mana pun kita mencari kemuliaan dengan selainnya, maka kita akan dihinakan kembali oleh Allah”. Maka ambillah pelajaran wahai orang orang yang berakal!

Kembali kepada topik kepemimpinan. Jalan untuk membebaskan Al-Aqsha memerlukan kepemimpinan yang nyata, jujur, independen, kuat, dan dapat dipercaya sebagaimana menghadapi peristiwa besar ini dan sebagaimana berdasarkan berbagai argumen yang kuat dari Fiqhul Waqi’/Fikih Realita dan Fikih Syari’ah.

Kempemimpinan ini akan menyusun semacam majlis syura yang akan menyebarkan cabangnya ke seluruh dunia Islam. Majlis ini nanti harus bertanggung jawab dalam menyebarkan berbagai informasi, ketetapan syari’ah serta wa’yu siyasi (wawasan politik) kepada para putra umat.

Sehingga dengan upaya ini kita dapat membebaskan akal dan pemikiran umat dari kebodohan dan mudah ditipu, serta membebaskan jiwa umat dari sikap mudah menyerah dan menjilat kepada orang-orang kafir beserta kaki tangannya.

Memahami bahaya dari realita yang kita hadapi dan peran para penguasa beserta kaki tangannya merupakan langkah awal dalam membentuk kekuatan yang mampu memotivasi untuk merubah kegelapan.

Dan bersamanya fikih syari’ah harus ditetapkan dalam dinamika nyata sehingga gerakan kita akan diarahkan di atas jalan yang lurus, sehingga kita mampu menghadapi kondisi buruk ini dan mengusir agresi yang menimpa umat.

Anggota majlis ini harus dilindungi dari intervensi penguasa dan harus menyatakan pengingkaran terhadap penguasa dan berwaspada dari upaya infiltrasi yang dilakukan penguasa dengan cara memasukkan ulama’ suu’ sebagaimana yang terjadi pada komite atau lajnah atau majlis ulama’ yang ada di negeri kita selama ini.

Dan salah satu tugas dari komite ini adalah menyebarkan ketetapan syar’i mengenai topik kita (jihad zaman ini); seperti mendorong jihad adalah kewajiban hingga kadar kecukupannya terpenuhi.

Dan mendorong publikasi fatwa ulama’ selama peristiwa Gaza yang menyatakan siapa saja yang membantu musuh dalam rangka memerangi umat Islam maka dia terkena satu di antara sepuluh pembatal keislaman, dan juga menjelaskan berbagai aturan syar’i terkait dengan hal ini.

Aku juga ingin menyampaikan di depan para ulama’ dan para da’i mengenai tawaran dalam masalah ini. Mengajak mereka untuk mencurahkan segenap usaha yang dapat mereka lakukan. Di antara poin penting dari proposal ini adalah:

Pertama: Menyusun daftar para ulama’ yang jujur, para da’i, para cendekiawan Islam, kaum intelektual, dan penulis yang senantiasa memberi nasehat untuk umat, bersama dengan upaya menyebarkan berbagai karya ilmiah mereka yang berharga.

Kita juga berkeinginan agar nama dan keberadaan mereka dapat menyebar dan mengakar kuat di tengah masyarakat Islam. Adanya kekeliruan yang tidak disengaja (terkait dengan para ulama’ dan da’i ini) hendaknya tidak menjadi penghalang, tetapi hendaknya jika memang ada beberapa kekeliruan maka ini menjadi catatan dan nasehat agar disampaikan.

Jika tidak, maka tidak akan ada lagi ulama’ yang tersisa bersama kita, sementara kenyataannya adalah alangkah sedikitnya para ulama’. Kita juga harus mengusahakan agar dapat mengarahkan para pemimpin yang jujur, menempatkan mereka dengan baik dan memandunya agar mau untuk menerapkan manhaj Islam.

Kedua: Hendaknya kita terus melanjutkan upaya untuk meluruskan konsep syar’i dalam pemikiran dan kehidupan umat. Beberapa buku yang bermanfaat mengenai hal ini antara lain:

* Fathul Majiid karangan syaikh Abdur Rahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, yang merupakan salah satu kitab yang penting dalam menjelaskan perkara tauhid dan bahaya syirik, termasuk syirik kuburan dan syirik kerajaan.
* Dua kitab milik syaikh Muhammad Qutb: “Pemahaman yang Harus Diluruskan” dan “Apakah Kita Muslim?”.
* Dan kitab “Keterangan tentang Kufurnya Seorang yang Membantu Amerika” karangan syaikh Mujahid Nashir bin Hamd Al-Fahd -semoga Allah membebaskan beliau dari penjara Riyadh.

Ada buku kelima yang juga sangat bermanfaat, yang mengetengahkan tentang evaluasi atas berbagai rezim yang berkuasa di dunia Islam, meskipun judulnya khusus; “Rezim Saudi Dalam Timbangan Syar’i”.

Dan masih banyak lagi kitab-kitab yang bermanfaat yang dengan mudah dapat dibaca di internet, semisal situs At-Tawhed wal Jihad (http://www.tawhed.ws -ed).

Ketiga: Mengingatkan umat bahwa saat ini terjadi peperangan yang dilancarkan untuk merubah dan membelokkan berbagai istilah syar’i dengan tujuan menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

Tidak ada komentar:

Supported By :

>