Sabtu, 21 Maret 2009

Planet saat Kiamat

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?

Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.

Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.

Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Kuiper Belt Objects (KBOs)

Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASA
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.

Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.

“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” - Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.

Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.

Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?

Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.

Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.

Sumber : Universe Today

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

ALAM SEMESTA SUDAH TUA

Banyak cara yang berbeda satu sama lain digunakan untuk menjelaskan berapa umur semesta, dan walaupun berbagai metodologi itu dilakukan secara terpisah, tetapi memberikan gambaran yang berkesesuaian satu sama lain untuk menjelaskan umur semesta ini secara obyektif. Demikian dibawah ini akan diperkenalkan beberapa jalinan metode tersebut.

Umur Alam Semesta Yang Mengembang

Model alam semesta setelah ledakan besar. Kredit : NASA/WMAP Science Team
Model alam semesta setelah ledakan besar. Kredit : NASA/WMAP Science Team
Jarak galaksi dapat ditentukan dari ukuran yang tampak atau kecerlangannya. Galaksi yang tampak lebih kecil dan lebih redup dari galaksi lain yang serupa, berarti berjarak lebih jauh. Jarak juga bisa ditentukan menggunakan penanda jarak yang lain, seperti beberapa jenis bintang. Selain jarak, laju galaksi bergerak bisa dtentukan dengan pengetahuan spektrum-nya. (Spektrum cahaya dari galaksi adalah apabila kita memecah cahaya menjadi komponen warna-nya seperti pelangi). Dengan pengetahuan spektrum cahaya bisa memberikan identitas obyek apa yang diamati, maupun bagaimana obyek diamati bergerak, karena setiap spektrum obyek yang berbeda memberikan pola yang unik.

Christian Doppler di tahun 1842 menunjukkan bahwa ketika sumber cahaya bergerak, gerakan tersebut menyebabkan mengubah gelombang, mengubah warna yang dilihat pada spektrum. Efek ini dikenal sebagai efek Doppler. Pengetahuan tentang efek Doppler ini memberitahu kita apakah suatu sumber cahaya mendekati atau menjauhi kita. Dari sini kita bisa mengetahui bagaimana benda-benda langit bergerak terhadap kita sebagai pengamat di Bumi, dan berapa cepat pergerakannya.

Di tahun 1920-an, Edwin Hubble menemukan bahwa galaksi – galaksi bergerak terhadap kita dengan pola tertentu. Semakin jauh galaksi dari kita, semakin cepat pergerakannya. Pola ini yang dikenal sebagai “alam semesta mengembang”, karena pola perilaku ini terlihat pada semua arah di langit. Jadi bisa saja dianggap bahwa semua galaksi bergerak menjauhi galaksi Bima Sakti, tetapi tidak bisa dikatakan begitu saja bahwa Bima Sakti sebagai pusat semesta, karena pola yang sama bisa saja teramati oleh pengamat yang berada di galaksi yang lain. Jadi tidak serta merta disimpulkan dari pekerjaan Hubble bahwa kita berada pada pusat semesta atau kita berada pada posisi yang istimewa dalam semesta.

Kembali pada pengukuran pergeseran cahaya yang teramati, ahli astronomi mencoba mengukur berapa lama pengembangan telah terjadi. Jika diasumsikan bahwa semua galaksi berangkat dari titik awal yang sama, maka bisa dideduksi, berapa jauh yang telah ditempuh suatu galaksi dan berapa kecepatan tempuhnya, kemudian membagi jarak terhadap laju. Dengan menambahkan faktor – faktor fisis yang realistis seperti adanya pengaruh gravitasi, atau adanya inflasi alam semesta, umur semesta diperoleh antara 12 sampai 14 milyar tahun.

Umur Bintang Paling Tua
Bagaimana bintang bisa menyala? Bagaimana menentukan umurnya? Berapa lama bintang dapat menyala? Bintang (termasuk Matahari) dapat bersinar karena adanya proses termonuklir di dalamnya, yang berfungsi sebagai generator pembangkit energi, akibat perubahan hidrogen menjadi helium; akibat panas dan tekanan yang sangat intens dalam inti bintang, inti hidrogen ber-fusi menjadi inti helium dan energi yang terpancarkan. Proses fisis ini bisa digunakan untuk mengukur umur bintang.

Fisika nuklir bisa menjelaskan berapa banyak energi yang dihasilkan dari fusi setiap atom hidrogen. Diketahui berapa banyak hidrogen panas dalam inti bintang, dan berapa cepat bintang menggunakan energinya untuk bersinar. Dengan demikian bisa dihitung berapa lama bintang bersinar sebelum kehabisan seluruh bahan bakarnya. Jika bintang telah kehabisan hidrogen di intinya, bintang berubah menjadi ‘raksasa merah’. Ketika kita menemukan adanya bintang raksasa tersebut, bisa ditentukan massa awalnya, tenaga awalnya, dan kala hidupnya dapat ditentukan. Demikian setelah diukur berbagai bintang yang telah tua tersebut, diperoleh dari metode ini umur semesta berkisar antara 10 – 15 milyar tahun.

Umur Cahaya Dari Galaksi Terjauh
Sebagaimana yang telah diungkap tentang jarak dalam ‘tahun cahaya’, pengamatan memberikan informasi tentang galaksi yang sangat jauh, sehingga yang cahaya dikirimkan oleh galaksi tersebut butuh milyaran tahun untuk mencapai pengamat. Dari hal tersebut, sepertinya kita sedang menggunakan mesin waktu, ketika kita mengamati langit, kita mengamati peristiwa yang telah terjadi di waktu yang telah berlalu. Pengamatan dari Hubble Space Telescope memberikan jarak terjauh galaksi yang teramati mencapai 10 milyar tahun cahaya, dengan demikian paling tidak semesta kita ini telah berumur 10 milyar tahun.

Umur Komposisi Kimia
Setelah ledakan besar awal (big bang), semesta tersusun dari elemen – elemen paling sederhana, yaitu hidrogen dan helium. Galaksi yang sangat-sangat jauh merupakan bukti bahwa hal ini memang demikian adanya, karena memiliki komposisi hidrogen dan helium yang jauh lebih besar. Komposisi kimia yang lebih kompleks dari hidrogen dan helium terbentuk kemudian akibat reaksi nuklir dalam inti bintang, atau ketika bintang yang sangat masif berakhir nasibnya dalam ledakan besar (supernova). Di dalam supernova yang teramati, terdapat elemen kimia yang terbentuk setelah 10-20 milyar tahun.

Paling tidak ada empat metode yang saling independen dipergunakan untuk menentukan umur alam semesta, kendati tidak tepat sama, tetapi paling tidak menunjukkan adanya kesesuaian, umur semesta sudah lebih dari 10 milyar tahun. Dan semua astronom sependapat dan berkeyakinan, bahwa semesta, semua galaksi, bintang-bintang benar-benar sudah tua dan telah tercipta di suatu masa yang sangat lampau.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

LUBANG HITAM ALAM SEMESTA

Alam semesta memang masih menyimpan banyak misteri. Ada sebagian yang telah terungkap namun sebagian besar masih membangun keingintahuan. Namun beberapa waktu lalu para peneliti dari Universitas Yale berhasil menemukan lubang hitam masif yang tampaknya menjadi batas teratas besarnya sebuah lubang hitam.

Lubang hitam dulunya dianggap sebagai objek eksotik yang langka. Namun saat ini telah diketahui kalau lubang hitam adalah objek yang banyak terdapat di seluruh alam semesta ini. Biasanya lubang hitang yang besar dan masif bisa ditemukan di pusat galaksi-galaksi besar. Lubang hitam yang ultra-masif diperkirakan memiliki massa lebih dari 1 milyar kali massa Matahari.

Kali ini, Priyamvada Natarajan dari Yale University dan Radcliffe Institute for Advanced Study beserta Ezequiel Treister dari University of Hawaii menunjukan monster gravitasi terbesar tersebut tidak akan bisa terus tumbuh selamanya. Ada saat dimana mereka menahan laju pertumbuhannya pada saat mereka mencapai akumulasi sekitar 10 milyar kali massa Matahari.

Lubang hitam ultra masif ini ditemukan di pusat galaksi ellips raksasa di dalam galaksi cluster yang sangat besar, dan diketahui sebagai yang terbesar di alam semesta. Bahkan lubang hitam terbesar di pusat Bima Sakti masih ribuan kali kurang masifnya dibanding pemangsa raksasa ini. Namun yang menarik, lubang hitam raksasa yang mengakumulasi massa dengan menghisap materi dari gas, debu dan bintang di area sekelilingnya ternyata tidak mampu bertumbuh melampaui batas yang saat ini tampak di alam semesta. Ini tidak hanya terjadi sekarang, namun di setiap epoch alam semesta mereka akan berhenti bertumbuh saat mencapai batas massa tersebut.

Mengapa lubang hitam itu berhenti berevolusi? Menurut Natarajan, lubang hitam tersebut tampaknya mencapai suatu kondisi ketika lubang hitam meradiasi energinya ketika ia menghisap sekelilingnya, sehingga berakhir dengan mengganggu pasokan gas mereka, yang bisa mengganggu pembentukan bintang di sekitarnya.Penemuan ini memberi implikasi pada studi pembentukan galaksi di masa depan. Hal ini terkait dengan keberadaan lubang hitam yang berada di pusat galaksi dan turut berevolusi bersama.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

ILMUWAN AMATIR ALAM

20 PERTANYAAN YANG DARWIN TIDAK BISA JAWAB

1. MENGAPA TEORI EVOLUSI TIDAK ABSAH SECARA ILMIAH?

2. BAGAIMANA KERUNTUHAN TEORI EVOLUSI MEMBUKTIKAN KEBENARAN PENCIPTAAN?

3. BERAPAKAH USIA UMAT MANUSIA DI BUMI INI? MENGAPA INI BUKAN FAKTOR PENDUKUNG TEORI EVOLUSI?

4. MENGAPA TEORI EVOLUSI BUKANLAH “DASAR ILMU BIOLOGI”?

5. MENGAPA ADANYA BERAGAM RAS BUKAN BUKTI KEBENARAN EVOLUSI?

6. MENGAPA PERNYATAAN “GENOM MANUSIA 99% SAMA DENGAN GENOM KERA” TIDAK BENAR, DAN HAL INI MEMBUKTIKAN BAHWA EVOLUSI TIDAKLAH BENAR?

7. MENGAPA PERNYATAAN BAHWA DINOSAURUS BEREVOLUSI MENJADI BURUNG ADALAH MITOS TIDAK ILMIAH?

8. PEMALSUAN ILMIAH APAKAH YANG MENJADI DASAR BAGI MITOS “EMBRIO MANUSIA MEMILIKI INSANG”?

9. MENGAPA ANGGAPAN “KLONING MEMBUKTIKAN KEBENARAN EVOLUSI” ADALAH SUATU TIPUAN?

10. MUNGKINKAH KEHIDUPAN BERASAL DARI LUAR ANGKASA?

11. MENGAPA TEORI EVOLUSI TIDAK DIDUKUNG OLEH FAKTA USIA BUMI YANG SUDAH EMPAT MILIAR TAHUN?

12. MENGAPA GIGI GERAHAM BUNGSU BUKANLAH BUKTI KEBENARAN EVOLUSI?

13. BAGAIMANAKAH TEORI EVOLUSI DIRUNTUHKAN OLEH STRUKTUR YANG KOMPLEKS PADA MAKHLUK PALING PURBA?

14. MENGAPA MENYANGKAL TEORI EVOLUSI DISAMAKAN DENGAN MENOLAK PERKEMBANGAN DAN KEMAJUAN?

15. MENGAPA ANGGAPAN BAHWA TUHAN MENCIPTAKAN MAKHLUK HIDUP MELALUI PROSES EVOLUSI ADALAH SALAH?

16. MENGAPA ANGGAPAN BAHWA DI MASA DEPAN KEBENARAN TEORI EVOLUSI AKAN TERBUKTI ADALAH SALAH?

17. MENGAPA PERISTIWA METAMORFOSIS BUKANLAH BUKTI KEBENARAN TEORI EVOLUSI?

18 MENGAPA DNA TIDAK MUNGKIN DIJELASKAN SEBAGAI SEBUAH “KEBETULAN”?

19 MENGAPA KEKEBALAN BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIKA BUKANLAH CONTOH PERISTIWA EVOLUSI?

20 HUBUNGAN APAKAH YANG TERDAPAT ANTARA PENCIPTAAN DAN ILMU PENGETAHUAn?

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Materi Yang Hilang Di Alam Semesta Ditemukan



Galaksi Abell 222 dan Abell 223 yang dihubungkan oleh filamen gas panas berkerapatan rendah.
Materi yang hilang di alam semesta berhasil ditemukan oleh tim peneliti dari Jerman dan Belanda menggunakan satelit sinar X milik Eropa, XMM-Newton. Wah bagaimana caranya?

Pengamatan dilakukan terhadap filamen gas panas yang menghubungkan dua kelompok (cluster) galaksi, dan sepertinya gas panas ini merupakan bagian dari materi barryonik yang hilang, Keberadaan gas panas dengan temperatur 10 000 - 10 000 000 derajat, juga dikenal sebagai medium antar galaksi yang cukup panas. Gas tipis tersebut 10 tahun lalu diprediksikan sebagai bagian dari materi kelam (gelap) yang hilang. Gas yang berada pada temperatur yang sangat tinggi dan kerapatan yang sangat rendah seperti ga panas yang ditemukan tersebut memang sulit untuk dideteksi. Beberapa kali usaha untuk mengamati gas ini si masa lalu selalu berakhir dengan kegagalan.

Bagaimana gas yang jarang ini bisa ditemukan? Pengamatan dilakukan pada sepasang cluster galaksi yakni Abell 222 dan Abell 223 menggunakan XMM Newton. Hasil pengamatan menunjukan ada jembatan yang menghubungkan kedua cluster galaksi tersebut. Setelah dilakukan pengamatan intensif, akhirnya diperkirakan kalau gas itu merupakan bagian terpanas dan rapat dari hamburan gas di jaringan kosmik, yang sekaligus merupakan bagian yang hilang dari baryonic materi kelam.

Sebagian besar materri dan energi di alam semesta memang masih belum dikenal dan diketahui, karena itu disebut materi kelam dan energi kelam. Energi kelam mengisi 72% dari seluruh energi di alam semesta, sementara 23 % dari total materi yang ada ternyata terbentuk dari materi kelam yang disusun oleh partikel berat yang maish menunggu untuk ditemukan. Sisa materi yang 5% lagi di alam semesta ternyata terbentuk dari materi yang sudah kita kenal, yakni materi yang juga kita temui di Bumi dan membentuk bintang dan planet. Materi tersebut terdiri dari proton dan neutron - yang disebut baryon - dan elektron, yang kesemuanya membangun sebuah atom. Tapi tetap saja dari materi yang 5 % itu, masih ada materi baryonic yang hilang.

Jembatan yang dideteksi menghubungkan Abell 222 dan Abell 223 diperkirakan memang merupakan bagian dari materi baryonik yang hilang tersebut. Materi di alam semesta terdistribusi dalam struktur yang mirip jaringan dan cluster galaksi memang merupakan simpul padat di dalam jaringan kosmik ini. Selama 10 tahun para astronom berpikir kalau materi baryonick yang hilang itu merupakan gas yang panas dengan kerapatan rendah yang bisa menembus struktur filamen jaringan kosmik. Sehingga gas tersebut sangat sulit dideteksi karena kerapatannya yang sangat renggang. Gas langka ini juga bisa ditemukan karena struktur geometri kedua cluster galaksi tersebut.

Kalau dilihat dari Bumi, filamen yang menghubungkan ke dua galaksi terlihat sejajar dari garis pandang kita, sehingga seluruh emisi dari filamen terkonsentrasi di satu area kecil di langit, dan memungkinkan pendeteksian. Observasi sebelumnya, pada level sensitivitas lebih rendah hanya memperkenankan para astronom mendeteksi cluster dan beberapa grup galaksi, simpul terpadat di jaringan. Sensitivitas pada level yang lebih tinggi sekarang bisa didapat melalui pengamatan dengan menggunakan XMM Newton, sehingga kabel yang menghubungkan jaringan kosmik pun bisa teramati.

Penemuan materi yang hilang ini pada kenyataannya merupakan satu langkah maju dalam memahami distribusi materi dalam struktur skala besar alam semesta.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Monster di Jantung Bima Sakti

Kesabaran 16 Tahun Berbuah Monster di Jantung Bima Sakti


Area pusat galaksi Bima Sakti. Kredit : ESO
Setelah melakukan studi panjang selama 16 tahun menggunakan teleskop milik ESO, tim astronom dari Jerman berhasil memperlihatkan kondisi paling detil yang pernah ada dari area di sekitar jantung galaksi Bima Sakti - area dari monster menakutkan si lubang hitam supermasif. Penelitian ini mengungkap rahasia yang tersimpan di area tersebut melalui pemetaan orbit 28 bintang. Bahkan satu bintang di antaranya telah berhasil melakukan putaran penuh mengelilingi lubang hitam.

Pengamatan gerak 28 bintang yang mengorbit area pusat galaksi Bima Sakti, menunjukan keberadaan lubang hitam supermasif yang tengah mengintip kita dari balik debu antar bintang. Ia dikenal sebagai Sagittarius A (atau dikenal sebagai bintang Sagittarius A). Berbagai informasi termasuk bentuk istimewa bintang-bintang tersebut dan juga lubang hitam yang mengikat mereka berhasil dikuak.

Pusat galaksi merupakan laboratorium yang unik dimana kita bisa belajar proses-proses dasar gravitasi yang besar dan kuat, serta dinamika dan pembentukan bintang yang memiliki keterkaitan yang sangat besar dengan inti galaksi. Disinilah pabrik kelahiran bintang dan tempat berlabuh sang monseter menakutkan, lubang hitam supermasif. DI area ini jugalah kita bisa mempelajari lubang hitam dengan lebih mendetil.

Tapi untuk mengamati area ini tidaklah mudah. Pengamatan dalam panjang gelombang tampak tidak dapat menembus blokade yang dibuat oleh debu antar bintang yang mengisi galaksi. Pandangan kita ke jantung sang galaksi ini terhalang. Kemampuan teknologi menjadi tantangan untuk dapat mengintip apa yang terjadi di sana. Untuk itu, digunakanlah panjang gelombang infra merah untuk menembus blokade debu antar bintang tersebut. Dan bintang-bintang di area pusat galaksi kemudian dijadikan partikel penguji untuk mengungkap apa yang ada di sana. Bintang-bintang itu diamati geraknya selama mengorbit Sagittarius A.

Hasil yang diperoleh sangat berguna untuk memahami lubang hitam itu sendiri contohnya dalam hal massa dan jarak. Dan tampaknya 95% massa yang mempengaruhi gerak bintang tersebut adalah lubang hitam. Karena itu, kecil kemungkinan penyebabnya adalah karena materi kelam lain. Tak pelak, hasil ini menjadi bukti empirik keberadaan lubang hitam supermasif, yang diperlihatkan oleh bintang yang megorbit pusat galaksi. Dalam pengamatan, diketahui adanya konsentrasi massa yang besar sekitar 4 juta massa Matahari yang diyakini sebagai lubang hitam yang berada pada jarak 27000 tahun cahaya.

Dari ke-28 bintang yang diamati, 6 di antaranya mengorbit lubang hitam dalam sebuah piringan dan bintang-bintang pada area paling dalam memiliki orbit acak. Bintang S2 menjadi satu-satunya bintang yang berhasil mengelilingi pusat Bima Sakti periode 16 tahun tersebut.

Untuk membangun citra jantung Bima Sakti dan menghitung orbit bintang individu, tim ini mempelajari bintang-bintang tersebut selama 16 tahun, dimulai pada tahun 1992 menggunakan kamera SHARP yang dipasang di New Technology Telescope 3,5 meter milik ESO di Observatorium La Silla, Chille. Observasi lainnya dibuat pada tahun 2002 dengan 2 instrumen yang ada di Very Large Telescope (VLT).

Walau penelitian ini berhasil membuka lembaran baru bagi pembelajaran lubang hitam dan kondisi area pusat galaksi dalam tingkat akurasi yang tinggi, namun masih banyak misteri yang belum terkuak di sana. Apalagi bintang-bintang tersebut juga masih sangat muda untuk melakukan perjalanan jauh. Diduga, bintang-bintang ini terbentuk pada orbitnya saat ini dibawah pengaruh gaya pasang surut lubang hitam.

Di masa depan, berbagai rancangan penelitian lanjutan akan dilakukan untuk mengintip monster di jantung Bima Sakti itu. Salah satunya dengan menggunakan teknologi dengan resolusi sudut yang lebih tinggi.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Planet layak huni salain BUMI

Penemuan Planet Layak Huni Pertama Selain Bumi

Si kerdil ternyata membawa kehidupan juga loh!

Untuk pertama kalinya, astronom akhirnya menemukan planet yang mirip Bumi di luar Tata Surya, sebuah planet ekstrasolar dengan radius 50% lebih besar dari bumi dan mampu memiliki air dalam bentuk cair. Penemuan ini memberi sebuah harapan baru dan sebuah langkah maju dalam usaha pencarian planet-planet yang bisa digolongkan sebagai planet layak huni. Dengan menggunakan teleskop ESO 3,6 m, tim pemburu planet dari Swiss, Perancis dan Portugal akhirnya menemukan super-Bumi yang massanya 5 kali massa Bumi dan mengorbit bintang katai merah, yang sebelumnya diketahui telah memiliki planet bermassa Neptunus. Para astronom juga menemukan bukti kuat yang menunjukkan indikasi keberadaan planet ketiga dengan massa 8 kali massa Bumi.

Planet Gliese 581 c

The Planetary System Around Gliese 581
The Planetary System Around Gliese 581
Exoplanet, itulah cara para astronom dalam menyebut planet yang berada disekitar bintang selain Matahari. Nah, exoplanet yang baru ditemukan ini merupakan exoplanet terkecil yang pernah ditemukan hingga saat ini dan ia bisa mengitari bintangnya hanya dalam 13 hari. Dan jaraknya juga 14 kali lebih dekat dari jarak Bumi -Matahari. Bintang induknya sendiri ternyata bukanlah bintang sekelas Matahari melainkan bintang katai merah yang lebih kecil, kebih dingin dan lebih redup dibanding Matahari. Itulah bintang Gliese 581, bintang yang menaungi si exoplanet mirip Bumi tersebut.

Si exoplanet yang mirip Bumi ini terletak di dalam area layak huni sang bintang (berada dalam habitable zone bintang - akan dibahas dalam artikel yang lain), daerah disekitar bintang dimana air yang berada pada area itu bisa berada dalam bentuk cairan. Exoplanet tersebut dinamakan Gliese 581 c yang artinya planet kedua yang bermukim di bintang Gliese 581. Planet pertama dalam extrasolar planet dinamakan dengan nama bintang dan diikuti indikasi b, bintang kedua indikasinya c dst.

Menurut Stephane Udry dari Geneva Observatory, mereka memperkirakan temperatur rata-rata super-Bumi ini antara 0 - 40 derajat Celcius, dan kondisi airnya masih dalam bentuk cairan. Selain itu radiusnya juga diperkirakan hanya 1,5 kali radius Bumi, dan dari pemodelannya bisa diperkirakan kalau planet ini merupakan planet batuan seperti Bumi atau bisa jadi Gliese 581 c adalah planet lautan.

The star Gliese 581
The star Gliese 581

Ditambahkan oleh Xavier Delfosse, salah satu anggota tim dari Perancis, kalau air dalam bentuk cair merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan sepanjang yang kita ketahui. Dengan memiliki temperatur dan jarak yang relatif dekat seperti yang dimiliki Gliese 581 c, planet ini kemungkinan akan menjadi target penting dalam misi ruang angkasa di masa depan khususnya dalam hal pencarian kehidupan extra-terrestrial. Dan di dalam peta harta karun alam semesta, Gliese 581 c akan ditandai dengan X.

- perlu diingat perbandingan kehidupan itu sendiri akan selalu mengacu pada kehidupan di Bumi.-

Gilese 581
Bintang induk Gliese 581 merupakan satu diantara 100 bintang yang berada dekat dengan kita. Massa dan radiusnya hanya sepertiga massa Matahari. Planet katai merah seperti ini secara intrinsik memiliki kecerlangan setidaknya 50 kali lebih lemah dari Matahari. Bintang katai merah juga termasuk bintang yang umum ditemukan di dalam galaksi kita (Bimasakti) : diantara 100 bintang dekat dengan Matahari, 80 diantaranya berada di kelas ini.

Gl 581, atau Gliese 581, merupakan bintang ke 581 dalam urutan Katalog Gliese yang merupakan susunan bintang yang berada dalam jarak 25 parsecs (81,5 tahun cahaya) dari bintang. Katalog tersebut dibuat oleh Gliese dan diterbitkan pada tahun 1969 dan diperbaharui tahun 1991 oleh Gliese dan Jahreiss. Gliese 581 sendiri jaraknya 6,26 parsecs (22,66 tahun cahaya) berada di konstelasi Libra dan usianya 4,3 milyar tahun.

Menurut Xavier Bonfils dari Lisbon University, Bintang katai merah merupakan target ideal dalam pencarian planet bermassa kecil yang memiliki air dalam bentuk cair. Hal ini disebabkan karena bintang katai seperti ini memancarkan sedikit cahaya sehingga daerah layak huninya (habitable zone) berada lebih dekat dengan bintang dibanding planet-planet disekitar Matahari.

Planet-planet yang berada di daerah tersebut akan lebih mudah dideteksi dengan menggunakan metode kecepatan radial, metode yang paling sukses dalam pencarian dan deteksi exoplanet.

Planet Lainnya di Gliese 581
Dua tahun lalu, tim astronom yang sama juga menemukan planet yang mengelilingi Gliese 581. Planet yang dikenal dengan nama Gliese 581 b memiliki massa 15 massa Bumi, dan mirip dengan Neptunus. Ia mengorbit Gliese 581 hanya menghabiskan waktu 5,4 hari. Pada saat itu astronom juga sudah melihat adanya indikasi planet lain disekitar tempat itu. Dan setelah pencarian yang lebih lanjut, ditemukan planet super-Bumi, tapi bukan hanya itu, ada juga indikasi yang sangat jelas menunjukkan kalau ditempat itu ada planet ketiga. Planet ketiga tersebut memiliki massa 8 kali massa Bumi dan menyelesaikan putaran orbitnya dalam waktu 84 hari.

Sistem keplanetan di Gliese 581 sedikitnya telah memiliki 3 buah planet dengan massa kurang lebih 15 massa Bumi, dan ini bisa dikatakan merupakan sistem yang luar biasa. Selama ini pencarian exoplanet paling banyak dilakukan pada bintang yang sekelas Matahari.

Metode Pengamatan
Penemuan Gliese 581 c ini dilakukan dengan menggunakan metode kecepatan radial. Metode kecepatan radial mendeteksi perubahan kecepatan bintang induk yang diakibatkan oleh gaya gravitasi dari exoplanet (yang tak terlihat) saat ia mengorbit bintangnya. Evaluasi pengukuran kecepatan akan memberi deduksi tentang orbit planet, biasanya bisa diketahui periode dan jarak dari bintang, serta massa minimumnya. Secara statistik, massa minimum ini mendekati massa yang sebenarnya.

Penemuan ini dilakukan menggunakan spektograf HARPS (High Accuracy RAdial Velocity for the Planetary Searcher), teleskop ESO 3,6 m di La Silla, Chille. HARPS bisa mengukur kecepatan dengan presisi lebih baik dari 1 meter per detik (3,6 km/jam). Dalam pendeteksian ini, variasi kecepatan yang terdeteksi antara 2 dan 3 meter per detik atau setara dengan 9 km/jam. Dari 13 planet yang massanya dibawah 20 massa Bumi, 11 diantaranya ditemukan dengan HARPS.

Selain Gliese 581 c ada dua sistem lain yang memiliki massa kecil juga, yakni planet es yang mengitari OGLE-2005-BLG-390L, yang ditemukan dengan jaringan teleskop microlensing. Massa planet tersebut 5,5 massa Bumi. Namun planet tersebut orbitnya lebih jauh dari bintang induknya yang kecil dibanding jarak Gliese 581 c dengan bintangnya. Selain itu planet yang mengitari OGLE-2005-BLG-390L juga lebih dingin.

Planet lainnya memiliki massa minimum 5,89 massa Bumi (dengan kemungkinan massa benarnya 7,53 massa Bumi) dan periode orbitnya kurang dari 2 hari, hal ini menyebabkan si planet terlalu panas untuk masih memiliki air di permukaannya.

Penemuan Gliese 581 c memberi satu titik cerah dalam masalah pencarian planet-planet yg mirip Bumi didalam zona layak huni bintang. Tapi untuk tiba pada apakah ada kehidupan lain disana atau mungkinkah kita hidup disana masih ada banyak hal yang perlu dijawab.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Keajaiban Penciptaan

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Supernova Terlihat di Luar Angkasa.

Rabu, 09 Mei 2007 | 00:53 WIB

TEMPO Interaktif, Washington:
Sebuah supernova telah terjadi di luar angkasa baru-baru ini. Sebuah bintang besar—ukurannya 150 kali ukuran matahari—meledak dan menimbulkan cahaya lima kali lebih terang daripada supernova mana pun.

Supernova terjadi ketika sebuah bintang tua kehabisan bakar lalu meledak dengan sendirinya. Bintang uzur itu bernama SN 2006gy, yang ditemukan pertama kali pada September tahun lalu oleh seorang mahasiswa di Texas. Letaknya 240 juta tahun dari bumi, berada pada galaksi yang jauh dari Bimasakti.

Ahli astronomi dari Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengatakan supernova itu berlangsung selama 70 hari. Mereka telah mengamatinya dengan sejumlah teleskop di bumi maupun ruang angkasa. “Dari semua bintang yang meledak yang pernah diamati, inilah rajanya,” kata Alex Filippenko dari NASA.

Nathan Smith, yang memimpin sebuah tim gabungan dari Universitas California Berkeley dan Universitas Texas Austin, mengatakan ledakan itu sungguh-sungguh besar, ratusan kali lebih energik daripada supernova biasa.

Namun berbeda dengan supernova yang umum, pengamatan melalui teleskop sinar-X dari Observatorium Chandra di orbit, memperlihatkan bahwa ledakan SN 2006gy tak menyebabkan lubang hitam (black hole).

Para ahli astronomi itu kemudian memperkirakan ledakan bintang semacam itu akan terjadi pada bintang Eta Carinae, yang berada di galaksi Bimasakti, 7.500 tahun cahaya dari bumi.

Dave Pooley dari Universitas California di Berkeley, mengatakan bila Eta Carinae meledak, cahayanya akan begitu terang sehingga akan tampak meski pada siang hari.

Mario Livio dari Institut Ilmu Teleskop Ruang Angkasa di Baltimore mengatakan Eta Carinae bisa meledak kapan saja. “Kami terus mengawasinya," katanya.

» Baca Teruss Akh ,, Tanggung .

...

Supported By :

>